Perawi Patronimi Bernama Hilal dalam al-Kutub al-Sittah

Abstract

ABSTRAK

Sarjana hadis memberi perhatian khusus terhadap rantaian perawi (sanad) dalam al-Kutub al-Sittah. Kitab-kitab ini adakalanya menggugurkan nama penuh atau ulasan terhadap perawi, terutamanya ketika menukilkan nama perawi yang dinasabkan kepada keturunan bapa ke atas. Ini menyebabkan pembaca terkeliru, kerana menyangka individu sama yang disebut dengan nama berbeza adalah dua individu berlainan. Artikel ini bertujuan untuk mengenal pasti dua perawi patronimi bernama Hilal dan riwayat hadis mereka daripada Nabi. Dengan menggunakan kajian kualitatif, analisis teks hadis dan karya rijal, hasil kajian menunjukkan faktor nama patronimi Arab adalah sebab utama pengulangan berlaku. Kajian mendapati tiga perawi dinasabkan kepada nama bapa, dua perawi dinasabkan kepada gelaran bapa (kunyah), seorang perawi dinasabkan kepada nama datuk, seorang dinasabkan kepada gelaran moyang (kunyah) dan seorang perawi dengan nama gelaran (laqab). Kedudukan muktabar al-Kutub al-Sittah yang dicapai pada zaman dahulu tidak menghalang kajian berterusan pada masa kini dan bagi para pengkaji hadis, keahlian mereka menganalisis dan mengkritik dibuat bertujuan untuk memelihara warisan hadis Nabi Salla’Llahu ʻalaih wa sallam.

Kata kunci: Nama; perawi; sanad; riwayat; al-Kutub al-Sittah

ABSTRACT

Scholars of hadith have devoted extensive attention to the chains of transmission (isnad) in the Six Major Hadith Books. Sometimes, these books omit full names or details of narrators, particularly when the narrators are identified only by their first name and patronymic. This may lead to confusion among readers, as they might incorrectly assume that one individual referred to by different names is two distinct persons. This study aims to identify two narrators with the patronymic name Hilal and trace their narrations from the Prophet. By employing qualitative research and analysing hadith texts and biographical sources (rijal), this study concluded that patronymic names in Arabic significantly contribute to the repetition of these names. The study identified three narrators by their father’s name, two by their father’s teknonymic name (kunyah), one by their grandfather’s name, one by their great-grandfather’s teknonymic name (kunyah), and one by a personal surname (laqab). The canonical status achieved by the Six Major Hadith Books has been continuously the subject of study, and scholars of hadith always reserve the right to scrutinise it critically to preserve the legacy of the Prophet, peace be upon him.

Keywords: Name; narrator; chains of transmission; narration; Six Major Hadith Books